Angka Golput Pilkada 2024 di Kabupaten Bondowoso Masih Tinggi

Pelaksanaan Pilkada 2024 (Foto : Dok/Ekojhalu)
Pelaksanaan Pilkada 2024 (Foto : Dok/Ekojhalu)

BONDOWOSO, HARIANMERDEKA.CO.ID – Rapat pleno perolehan suara Pilkada 2024 tingkat Kabupaten KPU Bondowoso, membacakan total perolehan suara untuk pemilihan calon Bupati dan Wakil Bupati Bondowoso, 4 Desember 2024.

Pasangan calon (Paslon), KH Abdul Hamid Wahid dan As’ad Yahya Safi’i (Rahmad) memperoleh suara 223.907. Sedangkan paslon Bambang Soekwanto dan Muhammad Baqir (Bagus) mendapatkan suara 212.295.

Dalam hal Pilkada KPU Bondowoso telah menetapkan Daftar Pemilih Tetap (DPT) Pilkada 2024 yakni pemilih laki-laki 290.862, dan pemilih perempuan sebanyak 310.271, total DPT 601.133.

27 November kemarin sebanyak 447.158, dari total DPT 601.133. itu artinya Ada sekitar 153.975 warga Bondowoso yang tidak mencoblos, (data berdasarkan D-Hasil KPU Kabupaten Bondowoso).

READ  Gaji 13 Dan THR Tahun 2025 Bagi Para ASN Tetap Cair, Begini Kata Ibu Menteri PAN-RB

“Persentase partisipasi pemilih 74,7 persen” kata anggota KPU Bondowoso Divisi Parmas dan Sosdiklih, M. Makhsun, secara tertulis.

Menurut Makhsum KPU Bondowoso sudah maksimal mensosialisasikan pelaksanaan Pilkada kepada masyarakat dengan berbagai metode, seperti di sosial media, tatap muka langsung.

Dirinya menyebut, Sosialisasi dilakukan baik ditingkat Kabupaten sampai ketingkat paling bawah melalui PPK dan PPS. Menyiarkan, mengajak masyarakat agar tidak golput dan datang ke TPS pada 27 November 2024.

READ  8 Orang di Tetapkan Tersangka Oleh Polres Jember, Ini Penyebabnya

Namun, Angka golput yang mencapai 153.975 bukan angka yang sedikit pada momen 5 tahunan pemilihan Bupati dan Wakil Bupati di Kabupaten Bondowoso.

Lembaga Hukum dan Kebijakan Publik (LHKP) Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabupaten Bondowoso, Ridwantoro, menilai masyarakat yang memilih golput pasti memiliki beragam alasan.

Ridwantoro mengatakan, penyebab warga tidak mencoblos diantaranya masyarakat cenderung lebih terikat dengan jadwal agraris atau aktivitas harian lainnya, seperti keterikatan bekerja atau lebih memilih bekerja, seperti masyarakat di pedesaan.

“Ini bisa jadi salah satu faktor masyarakat tidak mencoblos. Pemilihan dianggap bukan prioritas utama, apalagi jika TPSnya agak jauh dari tempat tinggalnya” ungkap dia.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *